Rajin Pangkal Pandai
Ini memang kata mutiara yang sudah kuno, penginggalan nenek moyang, yang sudah terbukti amat sangat ampuh. Kita semua sudah tau bahwa rajin adalah pangkal pandai, yang sedikit adalah kita-kita yang benar-benar mempraktekkannya, hehe..
Rajin memang sangat luas. Tentu rajin bukan hanya berarti rajin menyapu, rajin bangun pagi dan rajin datang ke kantor saja. Rajin belajar juga termasuk, rajin mempraktekkan apa yang dipelajari, rajin membaca, rajin menjaga semangat, rajin berinovasi, rajin menghilangkan rasa malas, rajin praktekkan bahasa inggris, dan sebagainya. Dalam bisnis online berlaku pula rajin beriklan, rajin mengevaluasi iklan, rajin melakukan follow-up, rajin melayani pelanggan yang beli, rajin membuat sales letter, rajin belajar SEO dan sebagainya. Setuju ya?
Makin rajin belajar makin berpeluang menjadi pandai. Apakah masih ada jenis rajin lainnya? Jenisnya bisa rajin beribadah, rajin bekerja, rajin membaca, rajin membantu orang lain, rajin bersilaturahmi, dan banyak rajin lainnya yang positif. Mengapa seseorang mau rajin? Yang jelas karena orang itu punya ekspektasi. Lalu muncullah motivasi untuk meraih kebutuhan fisik, rasa aman, sosial, harga diri dan aktualisasi diri. Lalu motivasi sebagai stimulus dapat mendorong orang tersebut untuk mendapatkan kepuasan tertentu baik untuk dirinya maupun orang lain. Dasarnya apa?
Idealnya semua itu berdasarkan keikhlasan karena ingin meraih ridha Allah. Namun dalam kenyataannya bisa saja rajin sekedar untuk memuaskan atasannya. Kalau atasan sedang tak ada maka penyakit lamanya berupa malas akan kembali muncul. Artinya di balik sisi positif dari rajin, kita harus hati-hati. Ternyata rajin bisa juga bernuansa negatif. Rajin disini dapat digolongkan juga sebagai kadar sering sampai sangat sering berbuat tak wajar. Apa itu? Misalnya, rajin bergosip ria (obrolan tentang sisi negatif orang lain), rajin berfitnah, rajin pamer diri, rajin cari muka, dan rajin menyakiti orang lain.
Untuk apa semua bentuk rajin seperti itu? Bisa jadi untuk memuaskan diri namun hakekatnya bersifat semu. Bisa dibayangkan berperilaku rajin (negatif) tetapi membuat orang lain menjadi menderita. Bisa dibayangkan pula gembira meraih posisi atau jabatan tertentu namun dengan cara rajin menjilat atasan. Intinya rajin seperti ini akan membahagiakan si pelakunya tetapi dengan membuat orang lain serba susah.
No comments:
Post a Comment